Bijaksana dalam Menggunakan Antibiotik

Oleh : dr. Muhammad Amin, MKed.Klin., SpMK dan dr. Hendrik Wahyudi, SpPD

Penemuan antibiotik baru sangat lambat jika dibandingkan dengan kemunculan kuman yang kebal dengan antibiotik. Untuk itu di Indonesia diberlakukan kebijakan PPRA (Program Pengendalian Resistensi Antimikroba, PMK no 8/2015). Di dalam program ini penggunaan antibiotika sangat ketat. Jika pasien tidak benar-benar infeksi kuman dan membutuhkan antibiotik maka dokter pasti tidak akan memberikannya.

Dibawah ini ada kriteria luka pada pasien yang mengalami diabetis mellitus yang membutuhkan terapi antibiotik: Membedakan luka Diabetic foot yang mengalami infeksi (Chuan,2015: Lipsky, 2016):

1. Tidak infeksius: jika tdk ada tanda infeksi lokal

2. Ringan: setidaknya ada 2 tanda dibawah ini

  • bengkak lokal atau indurasi
  • eritema/kemerahan sekitar luka dengan diameter 0.5-2 cm
  • nyeri lokal
  • teraba hangat di lokasi atau ada purulent discharge (pus ataupun sanguinus secretions)

3. Sedang: infeksi lokal dengan eritema/kemerahan > 2cm di sekitar ulkus, atau melibatkan jaringan dibawah kulit (bone, joint, tendon, muscle) tapi tidak ada tanda radang sistemik

4. Berat: jika ada infeksi lokal dengan >1 tanda di bawah ini

  • suhu > 38 atau < 36 derajat Celcius
  • nadi > 90
  • pernapasan > 20 atau PaCO2 < 32mmHg
  • Lekosit darah < 4000/dL atau > 12000/dL

Penggunaan antibiotik:

1. Untuk kategori non infeksius tidak membutuhkan antibiotik, hanya perawatan luka saja

2. Infeksi ringan sampai sedang, belum pernah dapat ab sebelumnya, belum pernah dirawat di RS sebelumnya: perkiraan kuman adalah lokus gram positif. Antibiotik yg diberikan yang spektrum sempit. (Bisa clindamycin, erythromycin)

3. Kategori berat: antibiotik spektrum luas seperti golongan cephalosporine gen 3, fluoroquinolon, dan aminoglikosida.

4. Terapi MRSA (vanco atau Linezolid) hanya jika pasien riwayat MRSA sebelumnya, prevalensi MRSA tinggi, atau infeksi berat

Referensi

  1. Chuan F, Tang K, Jiang P, Zhou B, and He X, 2015: Reliability and Validity of the Perfusion, Extent, Depth, Infection and Sensation (PEDIS) Classification System and Score in Patients with Diabetic Foot Ulcer. Didownload dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4395335/ pada 29 Februari 2020
  2. Lipsky BA, Aragón-Sánchez J, Diggle M, Embil J, Kono S, Lavery L, Senneville É, Urbančič-Rovan V, Van Asten S; International Working Group on the Diabetic Foot, Peters EJ, 2016: IWGDF guidance on the diagnosis and management of foot infections in persons with diabetes. Didownload dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26386266 pada 29 Februari 2020